Monday, February 26, 2024

KURIOSITAS, esensial dalam mendapatkan pengetahuan baru

 


Sedang apa si anak di atas? Oohh dia sedang menggunakan sebuah kaca pembesar, mencari sesuatu di antara rerumputan kering, dan berharap menemukan sesuatu yang berharga atau bermakna. Ya, dia sedang mencari-cari dan ingin mendapatkan sesuatu dan mengetahuinya.




Ada apa ya di balik tirai kertas ini? Keingintahuan si Ibu mendorongnya menyobek tirai kertas itu, sehingga terbentuklah sebuah lubang kertas yang melaluinya dia dapat mengetahui sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dia lihat.

Saturday, January 27, 2024

Teori-teori Etika

 



Saat-saat ini, menjelang Pilpres 14 Februari 2024, terkait Pak Jokowi yang saya hormati dan segani, sedang ramai dibentur-benturkan antara etika atau moral dan hukum. Betulkah pembenturan ini? Mungkin tidak betul. 

Dalam ilmu etika, dikenal setidaknya tujuh pendekatan atau tujuh jalan atau tujuh teori. Berikut ini uraian singkatnya.

• Etika deontologis (deon, kewajiban): sesuatu itu benar dan baik jika dilakukan sejalan dengan kewajiban-kewajiban yang diatur oleh hukum positif (buatan manusia; dalam demokrasi buatan badan legislatif); etika ini juga disebut etika normatif atau etika nomis atau etika legalis;

• Etika teleologis (telos, tujuan): sesuatu itu benar dan baik jika dilaksanakan dengan tujuan yang baik, yang mau dicapai, sekalipun melanggar hukum. Contoh: berdusta itu dibenarkan jika tujuannya baik dan benar; jadi tujuan menghalalkan cara--- the end justifies the means.

• Etika utilitarian: suatu tindakan itu benar dan baik jika bermanfaat dan berguna dalam mendatangkan kebahagiaan, kesenangan dan kesejahteraan paling maksimal bagi sebanyak mungkin orang--- the greatest good and wellbeing for the greatest number;

• Etika aretalogis (aretē, kebajikan, virtue): suatu tindakan atau suatu keputusan etis dipandang benar dan baik jika tindakan atau keputusan ini dapat mengembangkan karakter moral si pengambil keputusan ketika dia diperhadapkan pada dilema-dilema moral. Ada empat karakter moral utama yang menjadi fokus etika aretalogis, yakni si individu menjadi bijaksana, adil, berani atau kuat, dan mampu mengontrol diri;

• Etika situasional: benar atau baiknya suatu tindakan, ditentukan oleh sikon terbatas yang ada dan mendesak. Karena itu, setiap pengambil keputusan etis harus pertama-tama dan terutama mempertimbangkan sikon yang ada, yang terbatas dan mendesak; dan menjauhkan diri dari pertimbangan yang rumit. Dus, etika situasional dapat disebut juga etika praktikal atau etika pragmatis (pragma, aksi, tindakan);

• Etika kontekstual luas: sesuatu itu benar dan baik jika dilakukan sebagai respons proaktif multidimensional terhadap konteks kehidupan yang luas dan rumit. Kebenaran dan kebaikan itu bergantung pada kebutuhan dan keharusan kontekstual yang luas, disertai dengan pertimbangan atas kewajiban hukum, tujuan, manfaat tindakan, moral individual para pelaku, dan sikon-sikon terbatas yang ada dan mendesak. Keputusan etis kontekstual luas muncul dari studi-studi lintasilmu;

• Etika agape: sesuatu itu baik dan benar jika dilakukan berdasarkan kasih sayang yang tulus. Jalan etika ini adalah jalan yang paling abstrak dan paling subjektif. Hal mengamalkan kasih sayang, tidaklah selalu sama cara, bentuk dan wujudnya, dan hasilnya, dari pelaku yang satu ke pelaku yang lainnya.

Pak Jokowi mungkin sedang berjalan di jalan etika kontekstual luas. Atau, saya salah? Entahlah. 

Dua periode kepresidenan Pak Jokowi, dengan semua prestasi real beliau, mencegah saya untuk "menyeruduk" Pak Jokowi dengan kata-kata yang tidak patut.

Be smart, kind, and thoughtful.

ioanes Rakhmat



Sunday, December 31, 2023

Di bawah Atap Langit Malam

 



Di bawah atap langit malam
Sebuah bintang jatuh menimpa
Membawa pesan yang dalam
Terdengar olehku suaranya

Berlarilah cepat
Lebih cepat dari sang kala
Melesatlah cepat
Lebih cepat dari cahaya

Berjalanlah tegap
Setegap barisan perwira
Berkonsentrasi ke depan menatap
Menembus tirai ruang dan kala

Melompatlah jauh ke masa depan
Masukilah dunia ekstra-dimensi
Sosok-sosok cahaya mau berbagi
Mahatinggi kearifan dan pengetahuan

Duduklah bersila
Di bawah atap langit malam
Tenang teduh tanpa suara
Bak Lautan Teduh yang dalam

Ketika duduk di bawah atap langit malam
Dengarkanlah alunan petikan gitar jagat semesta
Mengalun sejak dentuman besar awal semesta
13,8 milyar tahun yang silam

Mari, mari, kita lihat dan dengar
Sosok-sosok cahaya ekstra-dimensi
Menari indah gemulai ramai-ramai
Mengikuti irama petikan dawai gitar

Barangsiapa bertelinga, akan mendengar
Barangsiapa memiliki mata, akan melihat
Mendengar yang belum pernah didengar
Melihat yang belum pernah dilihat

Barangsiapa berkaki, akan berlari
Mereka juga akan jauh berjalan cepat
Juga akan jauh melompat
Ke tempat-tempat mahajauh mahatinggi

Bintang yang tadi jatuh menimpaku
Perlahan naik kembali ke atas langit
Tempatnya memang di kubah langit 
Cahayanya abadi menemani aku 

Jakarta, 31 Desember 2023
ioanes rakhmat


=Selamat memasuki tahun baru 2024=




Monday, December 25, 2023

Sang Firman Telah Menjadi Daging (Yohanes 1:14a)

 



“Kai ho Logos sarks egeneto.Ini adalah teks Yohanes 1:14a dalam bahasa Yunani koine Perjanjian Baru. Dalam bahasa Latin berbunyi: “Et verbum caro factum est.Terjemahan Indonesianya: “Dan sang Firman telah menjadi daging.” LAI dalam TB Perjanjian Baru menerjemahkan sarks atau caro dengan kata manusia”, bukan dengan kata “daging.

Dalam Alkitab versi NRSV dan Catholic Study Bible: New American Bible (1990), sebagai terjemahan Yohanes 1: 14a kita baca kalimat “And the Word became flesh”. Kata benda sarks di dua versi Alkitab ini diterjemahkan daging atau flesh./1/

Sebetulnya, jika konteks sejarah komunitas penulis prolog Injil Yohanes diperhatikan, maka lebih tepat menerjemahkan sarks atau caro dengan daging, alih-alih dengan manusia. Dalam bahasa Yunani, setidaknya ada dua kata untuk kata  “manusia”, yaitu anthropos dan anēr (genetif: andros). Kata Latin untuk manusia adalah homo.

Penulis prolog Injil Yohanes (Yohanes 1:1-18) dengan sengaja memang tidak memilih kata-kata anthropos atau anēr untuk Yohanes 1:14a. Tapi mereka memilih kata sarks dengan maksud, tujuan dan fokus yang jelas. Mari kita telusuri dengan singkat.

Dalam BDAG edisi ketiga (F. W. Danker dan W. Bauer), kata sarks diberi beberapa arti. Berikut ini./2/

• material yang menutupi tulang-belulang seorang manusia atau tubuh seekor hewan;

• tubuh/badan sebagai wujud atau benda yang berfungsi, yakni zat dan wujud yang hidup; 

• sesuatu yang memiliki keterbatasan-keterbatasan ragawi, kehidupan di sini di Bumi; 

• seseorang sebagai, atau yang menjadi, suatu organisme ragawi, atau suatu sosok yang hidup; 

• pribadi insani, sosok manusia;

• sosok-sosok daging yang bukan manusia, tetapi para utusan adikodrati ilahi seperti para malaikat yang mengenakan tubuh atau daging ketika mereka muncul di antara manusia;

• sosok yang fana, yang hidup di Bumi;

• sisi lahiriah kehidupan;

• instrumen berbagai tindakan atau pengungkapan;

• sumber dorongan seksual; sesuatu yang menimbulkan perasaan tertarik; 

• pembawa perasaan dan hasrat sensual yang berdosa;

• semua bagian dari tubuh yang dikuasai dosa sedemikian rupa sehingga di mana ada daging, di situ semua bentuk dosa ada; alhasil, tidak ada hal yang baik yang dapat hidup di dalam daging

Jelas, ada banyak arti untuk kata sarks di masa kelahiran kekristenan awal. Manusia memang salah satu artinya, tetapi mazhab komunitas Yohanes di abad pertama M memilih arti yang lain, yakni daging. Mengapa, dan dalam arti apa?


.....





En tō endoksō onomati Iēsou

Dominus illuminatio mea!

Selamat hari Natal 25 Desember 2023.

Thursday, November 30, 2023

Bintang telah turun

 



Kemarau sungguh panjang
Seolah tak akan berlalu
Hujan tampak tertidur panjang
Lelap, tak mau diganggu 

Tanyaku ke langit malam hari
Hujan, hujan, di manakah kau berada?
Curahkanlah dirimu ke Bumi!
Basahi dan genangi permukaannya! 

Alirkan dirimu lewat sungai-sungai
Sirami sawah-sawah para tani
Penuhilah danau dan telaga
Basahilah Bumi yang telah kering merana 

Tak terdengar jawaban kata dari kesunyian langit
Malaikat pembawa hujan tak terlihat turun
Belum terbuka katup-katup langit
Burung merpati dari langit belum turun 

Dalam kegelapan malam 
Aku keluar menuju tepi sebuah sungai besar
Sendiri, berteman hanya kekelaman malam
Sedikitpun tak ada rasa gentar 

Di tengah gelapnya malam itu
Kutengadah ke langit penuh bintang
Sang Penguasa Langit memandangku
Hinggap padaku sebuah bintang 

Sang Penguasa Langit masih membisu
Akupun berseru lagi dalam kekelaman malam:
Langit Malam, Langit Malam 
Janganlah Engkau terus membisu! 

Tiba-tiba suara besar guntur 
Memecah kesunyian malam
Kilat di sana-sini kuat menyambar 
Katup-katup langit terbuka lebar 

Hujan deras, turunlah!
Hujan deras, turunlah! 

Aku berdiri di tepi sungai besar itu
Empat puluh hari, empat puluh malam, lamanya
Air, air, air, menggenangi muka Bumi sang Ibu
Aku menyaksikan semuanya di sana 

Sang merpati telah turun ke Bumi
Sang bintang telah hinggap
Cahaya telah membungkus Bumi
Seribu tahun genangan air akan menguap 

Aku teguh berdiri sendirian
Di tepi sungai besar itu
Mungkin selamanya demikian
Ditemani bayangan tubuhku

En tō endoksō onomati Iēsou
Jakarta, 30 November 2023
ioanes rakhmat